David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd dan EBC Financial Group (Cayman) Limited, Menganalisis Volatilitas Pasar Global, Tekanan Suku Bunga Tinggi, dan Strategi Investasi Safe-Haven di Tengah Pergeseran Ekonomi 2024

David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd dan EBC Financial Group (Cayman) Limited, Menganalisis Volatilitas Pasar Global, Tekanan Suku Bunga Tinggi, dan Strategi Investasi Safe-Haven di Tengah Pergeseran Ekonomi 2024

LONDON, Sept. 02, 2024 (GLOBE NEWSWIRE) — Pasar global tengah mengalami fluktuasi seiring tekanan inflasi, pergeseran kebijakan suku bunga, dan ketegangan geopolitik bercampur aduk menciptakan ketidakpastian yang belum pernah ada sebelumnya di seluruh sektor keuangan. David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd dan EBC Financial Group (Cayman) Limited, menawarkan analisis pakarnya tentang berbagai faktor yang mendorong lanskap keuangan masa kini serta strategi yang harus dikerahkan investor agar tetap menjadi yang terdepan.

VOLATILITAS PASAR SAHAM DAN PERGESERAN EKSPEKTASI SUKU BUNGA MENCIPTAKAN LANSKAP EKONOMI YANG TIDAK PASTI
Barrett menyoroti periode pemulihan keyakinan terhadap perdagangan ekuitas tunai selama paruh pertama tahun 2024. Pada waktu itu, investor institusional maupun ritel mendorong lonjakan aktivitas, sehingga meningkatkan likuiditas dan efisiensi pasar. Laporan pendapatan yang positif dan indikator ekonomi yang membaik mendukung momentum ini, menandakan iklim investasi yang lebih sehat.

Pasar global baru-baru ini mengalami pergolakan besar yang dipicu oleh banyak faktor, termasuk lonjakan suku bunga di Jepang yang tidak terduga, kekhawatiran inflasi, dan keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga yang tinggi kendati tanda-tanda pelambatan pertumbuhan ekonomi. Dalam rapat mereka pada Juli 2024, The Fed memilih untuk mempertahankan suku bunga tetap sama seperti selama 23 tahun ini, yaitu 5,25%-5,50%, yang mengagetkan beberapa peserta pasar yang mengharapkan tanda-tanda peringanan kebijakan moneter.

Barrett sebelumnya menantang kesalahpahaman bahwa suku bunga rendah merupakan standar yang baru, dengan menekankan bahwa suku bunga ini didorong oleh keadaan luar biasa, seperti pandemi COVID-19. Ia memperingatkan bahwa suku bunga rendah memberikan kelegaan jangka pendek, dan tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi permanen. Keputusan terbaru bank sentral untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi mencerminkan pergeseran yang lebih luas dari era uang murah, seiring pembuat kebijakan terus bergelut dengan inflasi yang masih terus terjadi.

Meskipun tindakan Federal Reserve sejalan dengan sasarannya untuk mengendalikan inflasi, mereka juga memicu ketakutan bahwa mempertahankan suku bunga tinggi selama pelambatan ekonomi dapat mendorong keadaan ekonomi menuju resesi. Para investor, yang telah mengantisipasi kemungkinan pemangkasan suku bunga untuk meringankan tekanan ekonomi, menanggapi hal ini dengan menjual saham, dengan memperkuat penurunan pasar. Tanggapan ini menyoroti keseimbangan rumit antara mengelola inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang harus dihadapi bank sentral.

Barrett menyarankan agar investor bersiap menghadapi volatilitas lebih lanjut, sebab bank sentral mungkin perlu menyesuaikan kebijakan moneter demi menanggapi kondisi ekonomi yang terus berkembang. Fleksibilitas strategis sangatlah penting, sebab kemungkinan bertahannya suku bunga tinggi dalam jangka waktu sedang tetap tidak dapat dipastikan. Kendati tantangan ini, Barrett mencatat bahwa peluang perdagangan ekuitas tunai tetap ada, meskipun menghadapi lingkungan ini akan memerlukan strategi yang cermat dan fokus jangka panjang terhadap kestabilan.

KEKUATAN PERUSAHAAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH MENDORONG KESTABILAN EKONOMI AS
Barrett menyoroti peran penting yang terus diemban perusahaan AS dan campur tangan pemerintah dalam mengelola kestabilan ekonomi, terutama di tengah pergeseran politik dan ekonomi. Volatilitas pada awal bulan Agustus 2024 merupakan sebuah ujian daya tahan, tetapi perkembangan baru—khususnya dalam lanskap politik—membentuk prospek pasar lebih jauh.

Masuknya Kamala Harris dalam pemilihan presiden 2024 telah mengalihkan perhatian menuju gelombang kebijakan baru yang ditujukan untuk menangani tantangan biaya hidup, termasuk penindakan keras terhadap pelanggaran perusahaan dan insentif pajak yang substansial bagi tempat tinggal. Usulannya, seperti bantuan $25.000 bagi mereka yang pertama kali membeli rumah dan tunjangan anak yang lebih tinggi, telah memikat perhatian pemberi suara kelas menengah di negara-negara bagian mengambang (swing state) utama. Namun demikian, Barrett menunjukkan bahwa meski langkah ini secara politis tampak menarik, hal ini juga dibarengi dengan kemungkinan adanya kompromi ekonomi. Peningkatan pengeluaran untuk tempat tinggal dan kenaikan pendapatan bersih dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tetapi juga dapat mendorong tekanan inflasi.

Barret mencatat bahwa pasar secara ketat mengawasi tanda kebijakan dari Federal Reserve karena kekhawatiran terhadap inflasi terus menghantui di samping tanda pelambatan pertumbuhan ekonomi. Meskipun beberapa titik data lebih kuat dari yang diperkirakan, kekhawatiran yang mendasari tetap berkisar bagaimana bank sentral akan menyeimbangkan pengendalian inflasi dengan risiko pelambatan ekonomi yang terlalu besar. Seiring berkembangnya retorika pemilihan, janji-janji jangka pendek yang dirancang guna memikat pemilih dapat menghasilkan penilaian yang lebih kritis terhadap dampak jangka panjangnya, terutama bagi perusahaan besar.

Barrett menyarankan bahwa meski kekuatan perusahaan dan dukungan pemerintah telah membantu menstabilkan ekonomi sejauh ini, investor harus menyadari pergeseran politik dan ekonomi secara lebih luas di masa mendatang. Hal ini termasuk risiko inflasi, kemungkinan perubahan kebijakan fiskal dari kedua sisi spektrum politik, dan pergeseran posisi moneter Federal Reserve. Memahami titik temu antara janji politik dan kenyataan ekonomi akan menjadi kunci untuk menghadapi bulan-bulan mendatang.

EMAS TETAP MENJADI INVESTASI UTAMA DI PASAR YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI
David menekankan bahwa kendati ketidakpastian global yang sedang terjadi, emas tetap menjadi pilihan investasi yang dapat diandalkan. Seiring ketegangan geopolitik dan tantangan ekonomi yang terus berlanjut pada tahun 2024—seperti kekhawatiran inflasi, suku bunga yang berfluktuasi, dan prospek pemangkasan suku bunga AS—peran emas sebagai aset safe-haven terus bertahan.

Pada awal 2024, dolar AS memiliki kekuatan yang signifikan karena inflasi yang terus terjadi dan lonjakan suku bunga yang agresif dari Federal Reserve. Namun demikian, seiring meningkatnya ekspektasi akan pemangkasan suku bunga, kekuatan dolar telah melunak di tengah kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Pelemahan dolar ini telah mendongkrak harga emas, yang menjadikan emas lebih menarik bagi investor internasional. Akibatnya, harga emas naik nyaris memecahkan rekor tertinggi, melebihi $2.500 per ons pada bulan Agustus 2024—nyaris 20% lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir.

Barrett menekankan bahwa di lingkungan dengan ketidakpastian ekonomi, emas menawarkan perlindungan dari risiko inflasi dan kemungkinan pergeseran politik. Menjelang pemilu AS dan dengan kondisi pasar global yang tetap tidak pasti, kestabilan emas yang terus bertahan menjadikannya elemen penting dari portofolio yang beragam, khususnya bagi investor yang ingin melindungi nilai investasi mereka dari volatilitas yang tengah berlangsung.

PASANGAN MATA UANG DOLAR-YEN TERUS BERFLUKTUASI DI TENGAH VOLITALITAS PASAR VALUTA ASING YANG DIPERBARUI
Barret menyoroti pasangan mata uang dolar-yen telah mengalami volatilitas yang berkelanjutan, khususnya saat pasar global telah mengalami turbulensi baru sejak Juni 2024. Ketenangan sebelumnya di pasar valuta asing berubah menjadi fluktuasi tajam pada bulan Agustus, didorong oleh kekhawatiran terhadap inflasi dan keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga yang tinggi secara historis. Perbedaan dalam kebijakan moneter antara AS dan Jepang tetap menjadi faktor utama, dengan Federal Reserve mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk melawan inflasi, sedangkan Bank of Japan melanjutkan sikap kebijakannya yang sangat longgar.

Gejolak pasar sekitar awal bulan Agustus 2024 memperkuat fluktuasi ini, terutama karena kekhawatiran akan suku bunga tinggi yang berkepanjangan dan ketidakpastian ekonomi global yang menimbulkan riak di pasar keuangan. Pasangan dolar-yen telah menjadi garis terdepan gerakan ini, dengan berperan sebagai barometer penting bagi sentimen investor dan selera risiko dalam lingkungan ekonomi yang semakin tidak stabil.

Barrett menggarisbawahi bahwa volatilitas yang sedang berlangsung pada pasangan dolar-yen memberikan wawasan berharga mengenai pergeseran ekonomi makro yang lebih luas serta keseimbangan rumit yang harus dicapai oleh bank sentral antara manajemen inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Selagi pasar bergulat dengan dinamika yang kompleks ini, pergerakan dolar-yen terus menjadi indikator utama stabilitas keuangan internasional.

PENURUNAN DALAM AKTIVITAS PERDAGANGAN RITEL MEMPERLAMBAT CARRY TRADE DAN MELEMAHKAN PASAR VALUTA ASING
Barret mencatat bahwa pasar valuta asing, khususnya dalam bidang perdagangan ritel, telah mengalami pergeseran transaksi sejak pertengahan 2024. Pada awal tahun ini, partisipasi ritel dalam valuta asing telah menunjukkan tanda-tanda penurunan, yang dipengaruhi oleh volatilitas pasar yang meningkat, tekanan regulasi, dan kebijakan moneter yang semakin ketat. Peristiwa pada Agustus 2024, ditandai dengan volatilitas pasar yang besar serta kekhawatiran atas tingkat suku bunga yang tinggi dan berkelanjutan, semakin mengurangi antusiasme untuk melakukan carry trade—strategi yang mengandalkan perbedaan suku bunga antarmata uang.

Perlambatan dalam perdagangan ritel telah memiliki efek riak pada pasar valuta asing. Carry trade, yang biasanya diuntungkan oleh tingkat suku bunga yang stabil dan dapat diprediksi, menjadi kurang menarik seiring meningkatnya perbedaan kebijakan bank sentral. Ketika Federal Reserve mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk melawan inflasi, bank sentral lainnya, seperti Bank of Japan, terus melanjutkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Perbedaan ini telah menimbulkan lebih banyak ketidakpastian, yang menjadikan perdagangan ini lebih berisiko bagi investor ritel.

Barrett menekankan bahwa berkurangnya keterlibatan pedagang ritel ini membentuk kembali dinamika pasar valuta asing. Meskipun pemain institusional terus mendominasi, penurunan aktivitas ritel telah menyebabkan lingkungan perdagangan menjadi kurang semarak, khususnya dalam pasangan mata uang yang mengandalkan strategi carry trade. Investor harus menyesuaikan perubahan kondisi ini, dengan mengenali bahwa pergerakan pasar yang didorong oleh ritel mungkin akan tetap lemah karena kebijakan suku bunga global yang terus berbeda.

Pendekatan Strategis EBC Financial Group
Di tengah volatilitas pasar dan pergeseran kondisi ekonomi global yang terus berlangsung, EBC Financial Group terus berfokus menghadirkan layanan keuangan yang disesuaikan dengan membantu investor menghadapi lingkungan yang tidak pasti ini. Dengan memprioritaskan akses pasar profesional dan fleksibilitas operasional, EBC Financial Group tetap berkomitmen untuk beradaptasi terhadap dinamika pasar dan perubahan regulasi.

Barret menyarankan investor untuk tetap waspada dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung. Memilih pialang dengan reputasi baik, tetap menyimak kabar tentang pergeseran regulasi, dan mempertahankan kemampuan beradaptasi adalah strategi penting agar berhasil dalam pasar yang berkembang pesat seperti sekarang.

Tentang EBC Financial Group
Didirikan di distrik keuangan terkemuka London, EBC Financial Group (EBC) terkenal dengan berbagai layanan komprehensifnya yang mencakup perantara keuangan, pengelolaan aset, dan solusi investasi komprehensif. Dengan kantor strategis terletak di pusat keuangan terkemuka, seperti London, Sydney, Hong Kong, Tokyo, Singapura, Kepulauan Cayman, Bangkok, Limassol, dan lainnya, EBC melayani beragam klien mulai dari investor ritel, profesional, dan institusional di seluruh dunia.

EBC yang telah meraih berbagai penghargaan dengan bangga mengakui telah mematuhi tingkat peraturan internasional dan standar etika terdepan. EBC Financial Group (UK) Limited diregulasi oleh Financial Conduct Authority (FCA) Inggris Raya, EBC Financial Group (Australia) Pty Ltd diregulasi oleh Australian Securities and Investments Commission (ASIC), dan EBC Financial Group (Cayman) Limited diregulasi oleh Cayman Islands Monetary Authority (CIMA).

Inti EBC Group diisi oleh para tenaga profesional berpengalaman dengan pengalaman mendalam lebih dari 30 tahun di lembaga keuangan besar yang telah dengan mahir melewati siklus ekonomi signifikan mulai dari Perjanjian Plaza hingga krisis franc Swiss 2015. EBC mengusung budaya ketika integritas, rasa hormat, dan keamanan aset klien menjadi hal utama, dengan memastikan bahwa setiap keterlibatan investor diperlakukan dengan sangat serius.

EBC adalah Mitra Resmi Valuta Asing FC Barcelona, dengan menawarkan layanan spesialisasi di berbagai wilayah seperti Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Oseania. EBC juga merupakan mitra United to Beat Malaria, kampanye Yayasan PBB, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil kesehatan global. Mulai Februari 2024, EBC mendukung rangkaian interaksi publik ‘What Economists Really Do’ dari Departemen Ekonomi Universitas Oxford, yang bertujuan untuk menyajikan penjelasan yang mudah dipahami tentang perekonomian dan penerapannya untuk mengatasi tantangan utama dalam masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman dan dialog publik.

https://www.ebc.com/

Kontak Media:
Chyna Elvina
Manajer Hubungan Masyarakat Asia Tenggara
chyna.elvina@ebc.com

Douglas Chew
Kepala Hubungan Masyarakat Global
douglas.chew@ebc.com

Foto yang menyertai pengumuman ini tersedia di https://www.globenewswire.com/NewsRoom/AttachmentNg/de039a63-af41-458e-872e-6e7bf94204fa/id

Scroll to Top